
Al-Quran dengan isyarat-isyaratnya mendorong eksplorasi antariksa dengan sains tentang fenomena langit dan sifat fisis lainnya. Kekuatan sains dan teknologi mampu menembus penjuru langit dan bumi. Penguasaan sains dan teknologi antariksa juga akan mendorong pengembangan wahana antariksa. Demikian diungkapkan Profesor Riset Astronomi Astrofisika Lapan, Prof Dr Thomas Djamaluddin saat ceramah hikmah pada Peringatan Nuzulul Quran tingkat Nasional di Istana Negara, Jakarta, Kamis (26/8).
Bangsa yang kuat adalah bangsa yang kokoh dalam penguasaan sains dan teknologi. Penguasaan pesawat terbang, roket, dan satelit menjadi mutlak diperlukan untuk penguasaan langit yang pada gilirannya akan menguasai penjuru bumi. Di hadapan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono beserta jajaran menteri, Thomas menekankan, teknologi antariksa memudahkan komunikasi navigasi di bumi, mengamati perilaku alam, dan mengeksplorasi kandungan sumber dayanya.
“Dengan motivasi tinggi, bangsa kita pun sedang berupaya membangun kekuatan itu, walau dengan segala keterbatasan,” ujarnya. Kemandirian di bidang teknologi antariksa merupakan keunggulan suatu bangsa. Dalam hal penerapan teknologi terbaru, sektor swasta bisa berperan besar di dalamnya. Namun, untuk kemandirian, peran pemerintahlah yang menjadi dominan.
Sejak peluncuran Satelit Palapa 1976, kita kini tak mungkin lepas dari ketergantungan pada teknologi satelit. Bukan hanya sekadar telekomunikasi, melainkan untuk penginderaan jauh dan navigasi. Lapan sebagai lembaga pemerintah untuk litbang keantariksaan telah merintis pembuatan satelit yang kini telah berada di orbit pada ketinggian 630 km, Satelit LAPAN-TUBsat.
Kini, Lapan sedang mempersiapkan satelit Twinsat (LAPAN-A2 dan LAPAN-Orari) yang diharapkan dapat diluncurkan tidak lama lagi. Kemandirian pembuatan roket peluncur satelit kini juga sedang diupayakan. Upaya-upaya tersebut dengan dukungan penguasaan teknologi penginderaan jauh dan sains kedirgantaraan, berorientasi pada peningkatan kemandirian dan kesejahteraan bangsa. “Upaya itu juga sebagai realisasi tantangan Al-Quran yakni menembus penjuru langit dan bumi”, tegasnya.
Di sisi lain, pemenuhan keingintahuan ini mendorong manusia untuk mengkaji rahasia alam. Al-Quran merangkum asal-usul alam semesta itu dengan isyarat tentang ”enam hari penciptaan”. Sains yang dikembangkan dalam mengkaji fenomena alam mencoba memahami isyarat ungkapan-ungkapan dalam Al-Quran.
Proses penciptaan alam dalam enam masa digambarkan yaitu dua masa untuk menciptakan langit sejak berbentuk dukhan (campuran debu dan gas), dua masa untuk menciptakan bumi, dan dua masa (empat masa sejak penciptaan bumi) untuk memberkahi bumi dan menentukan makanan bagi penghuninya.
Al-Quran memberi isyarat banyak fenomena alam yang menjadi tantangan sains untuk mengungkapkannya. “Dalam Islam, sains bukan semata untuk kepentingan intelektual menjawab keingintahuan manusia, melainkan juga bisa digunakan membantu menyempurnakan kualitas ibadah, tanpa mencampuri keyakinan dalil syar’i yang diyakini masing-masing,” tutupnya.
Sumber :
http://www.lapan.go.id/doc_news/BK.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar